Salah satu persayaratan yang harus dimiliki lulusan SMK ketika lulus dari sekolah adalah sertifikat kompetensi di bidangnya masing-masing. Berbeda dengan siswa SMA yang memang ditargetkan untuk melanjutkan studi di perguruan tinggi setelahnya, Siswa SMK ditargetkan untuk bisa masuk ke dunia kerja lebih awal. Karena alasan tersebut siswa SMK selain menempuh UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) juga harus menempuh Ujian Kompetensi (Ujikom) sesuai bidangnya. UNBK merupakan jalan bagi siswa untuk dinyatakan Lulus dari sekolah sedangkan Ujikom merupakan jalan bagi siswa untuk dapat dinyatakan kompeten dalam bidangnya dan siap masuk ke dunia kerja. Penilaian ujikom dilakukan oleh pihak ketiga yang biasanya dilakukan oleh praktisi masing-masing bidang (eksternal). Pelaksanaan Ujikom tahun ini cukup panjang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, pelaksanaannya dimulai bulan Februari 2018 s.d April 2018. Tahun lalu Ujikom dilaksanakan di bulan Februari s.d Maret saja. Tahun ini Ujikom dapat dilaksanakan sebelum atau setelah pelaksanaan UNBK dan waktu pelaksanaannya dikembaliakan ke pihak sekolah. Jadi ada beberapa sekolah yang memilih untuk melaksanakan ujikom sebelum UNBK dan sebaliknya.
Sertifikat yang dibuat dari hasil pengujian eksternal ini sangat berpengaruh terhadap kelanjutan karir siswa SMK. Dilakukan pengujian oleh praktisi dengan tujuan mampu menghubungkan kompetensi siswa yang sudah disiapkan oleh sekolah dengan dunia kerja. Dalam pelaksanaannya sendiri tidak terlepas dari kendala yang dihadapi baik oleh siswa, sekolah maupun penguji eksternal, namun semuanya berhasil dilalui dengan kerjasama yang baik dan saling pengertian dari setiap unsur yang terlibat. Hasil ujikom sendiri kelak akan menghasilkan penilaian dari pihak eksternal terhadap siswa yang menyatakan apakah siswa tersebut kompeten atau tidak di bidangnya. Penilaian ini tentu didasarkan pada tolak ukur penilaian yang sudah disiapkan dari BSNP.
Saya sendiri kembali diberi kesempatan sebagai penguji eksternal untuk rangkaian ujikom tahun ini dalam bidang Akuntansi dan Perbankan. Dari sekian banyak sekolah yang saya uji tahun ini saya ingin menyampaikan beberapa hasil pengamatan saya tentang kendala yang sering terjadi saat pelaksanaan ujikom yang mampu mempengaruhi hasil ujikom itu sendiri,
-Dari pihak siswa,
1. Gugup menghadapi Ujikom dan penguji eksternal
Wajar memang jika setiap siswa selalu gugup dalam menghadapi ujian, namun justru hal inilah yang berpengaruh buruk terhadap hasil ujian itu sendiri. Kendala ini saya masukkan di urutan pertama karena memang rasa gugup ini lah yang sering saya jumpai ketika melakukan pengujian. Kebanyakan siswa menjadi lupa dengan kemampuan dirinya disebabkan gugup. Gugup membuyarkan segalanya termasuk sikap positif dan sportif siswa ketika menjalani ujian. Rasa gugup ini sering dipicu oleh tidak terbiasanya siswa ketika diuji oleh pihak dari luar sekolah, mereka terlalu fokus pada penguji dibandingkan dengan materi ujian.
2. Terpaku pada kebiasaan yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran
Selain gugup, banyak siswa yang hanya mengingat urutan pengerjaan suatu materi soal yang diberikan guru saja pada setiap proses pembelajaran sehingga ketika Ujikom dilaksanakan biasanya siswa langsung mengerjakan soal sesuai dengan apa yang menjadi kebiasaan dalam proses pembelajaran tanpa membaca lebih detail soal itu sendiri. Misalnya saja pada saat ujian Perbankan, di soal diminta siswa untuk mengerjakan beberapa item dengan ms word dan ms excel namun karena kebiasaan di kelas saat pembelajaran hanya mengerjakan soal tersebut dalam ms word maka seluruh soal dikerjakan dalam ms word tanpa memperhatikan perintah yang ada dalam soal. Hal ini jelas krusial karena dapat mengurangi penilaian.
3. Fokus mempelajari soal-soal yang mungkin keluar saja dalam Ujikom
Kendala selanjutnya adalah siswa terlalu fokus mempelajari kemungkinan soal yang keluar dalam ujikom tanpa memperhatikan pengetahuan lain yang berkaitan dengan kompetensinya. Perlu diingat yang dibutuhkan dunia kerja adalah kemampuan keseluruhan yang saling berhubungan untuk setiap kompetensi. Misalnya saja ketika siswa mampu menguasai materi akuntansi maka siswa tersebut juga harus mampu menguasai aplikasi komputer untuk akuntansi. Selain mengerjakan soal akuntansi secara manual mereka juga dituntut untuk dapat melakukan pencatatan akuntansi menggunakan aplikasi komputer untuk akuntansi. Karena memang untuk zaman yang sarat akan teknologi seperti sekarang ini, hampir semua pekerjaan dilakukan dengan bantuan komputer. Ketika ujikom dilaksanakan siswa harus mampu menggabungkan dan mengaplikasikan seluruh ilmu yang didapat di bangku sekolah bukan hanya mampu mengerjakan soal ujikom atau hanya mengingat soal yang mungkin keluar saja pada saat ujikom dilaksanakan.
4. Tidak percaya diri
Rasa tidak percaya diri ini banyak sekali ditemukan dalam pelaksanaan ujian. Rasa tidak percaya diri ini juga yang mendasari banyak siswa yang mencontek ketika ujian berlangsung. Banyak siswa yang merasa bahwa jawabannya mungkin perlu disamakan dengan jawaban temannya hanya untuk meyakinkan bahwa jawabannya sudah benar, padahal pemikiran tersebut belum tentu benar. Bisa saja jawabannya benar dan jawaban temannya salah, karena merasa kurang percaya diri siswa yang jawabannya sudah benar malah mengikuti jawaban temannya yang salah. Kurangnya rasa percaya diri dapat menjadi nilai minus bagi siswa termasuk dalam karirnya kedepan.
5. Wawasan tentang bidang kompetensi hanya dari sekolah
Pengetahuan pada dasarnya dapat diperoleh dari berbagai sumber. Sumber utama siswa memperoleh pengetahuan adalah dari sekolah, namun tidak ada salahnya jika siswa juga berusaha menambah wawasan dari pihak diluar sekolah misalnya dari internet, buku, aktivitas sehari-hari yang ada hubungannya dengan kompetensi yang ia pelajari, dsb. Ketika siswa sudah memiliki wawasan yang luas tentang bidang kompetensinya, maka ia tidak hanya mampu mengerjakan soal ujikom tapi juga lebih siap menghadapi dunia kerja. Misalkan saja ketika saya melakukan pengujian praktek pelayanan di perbankan, siswa dapat menjelaskan produk-produk yang hanya ada dalam materi yang disediakan saja, ketika ditanya produk perbankan lain yang sebetulnya sifatnya umum mereka belum mampu menjelaskan, ketika ditanyakan mengapa hal itu terjadi jawabannya memang mereka jarang melakukan transaksi di bank.
sumber: google
Lalu apa yang dapat kita lakukan untuk meminimalisir kendala ini?
1. Untuk meminimalisir rasa gugup saat ujian, berikut hal yang dapat dilakukan:
- Siswa sebaiknya cukup istirahat sebelum menghadapi ujian karena memang ketika tubuh sudah merasa lelah rasa gugup lebih cepat muncul
- Menguasai materi sesuai kompetensi secara keseluruhan
- Mempelajari materi kompetensi jauh-jauh hari sebelum ujikom dilaksanakan
- Menanamkan sugesti positif dalam diri saat ujikom berlangsung, sugesti positif ini juga bisa ditanamkan oleh guru, orangtua dan orang-orang sekitar
- Perbanyak zikir dan doa serta minta dukungan orang terdekat
2. Agar siswa tidak terpaku pada kebiasaan yang diterapkan guru saat pembelajaran, maka dibutuhkan kerjasama dari guru untuk menanamkan keiasaan membaca soal saat ujian berlangsung dan memberikan latihan soal dan penyelesaian yang beragam sehingga siswa tidak terpaku pada proses yang sama terus menerus. Hal ini berguna untuk mendorong sikap teliti siswa dan tentunya mampu menambah kemampuan siswa dalam mengerjakan berbagai bentuk soal.
3. Agar siswa tidak fokus mengerjakan soal yang mungkin keluar dalam ujikom saja, maka sekali lagi perlu kerjasama dari guru untuk memberikan berbagai kondisi yang mungkin terjadi dalam soal yang tentunya mampu merangsang kemampaun berpikir yang lebih dalam dan menyeluruh dari siswa sesuai dengan bidangnya masing-masing.
4. Untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa saat menghadapi ujian siswa harus menanamkan sugesti positif dalam dirinya dengan memantapkan kemampuan dan penguasaannya terhadap materi yang akan di ujikan, selain itu mendekatkan diri pada Tuhan juga dapat mencegah siswa kehilangan rasa percaya diri dan memilih jalan mencontek. Jangan lupa, dukungan guru, orang tua dan orang terdekat juga mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa. Rasa percaya diri ini hendaknya ditanamkan sedini mungkin, dimulai dari lingkungan keluarga tentunya yang merupakan sekolah pertama bagi setiap anak. Ketika sudah terbiasa percaya diri sejak dini, maka sifat ini akan terbawa sampai dewasa.
5. Wawasan bidang kompetensi sebetulnya dapat didapatkan dari luar sekolah. Dalam hal ini dibutuhkan sikap kritis siswa untuk menambah pengatahuan dalam bidang kompetensinya. Sikap kritis siswa ini juga dapat dibangun dan didorong dengan bantuan guru di sekolah, misalkan saja untuk kasus praktek pelayanan perbankan yang saya bahas tadi, guru dapat memberikan tugas pada siswa untuk melakukan pembukaan rekening pribadi di bank dan mengarahkan siswa untuk mampu mendapatkan informasi yang banyak dari kegiatannya menjadi nasabah di bank. Selain itu sudah ada program praktek kerja lapangan bagi siswa kejuruan dari sekolah untuk meningkatkan wawasan siswa mengenai kompetensinya. Satu lagi yang tidak kalah penting pihak sekolah rasanya perlu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa-siswanya sehingga ketika berhadapan dengan publik mereka sudah terbiasa dan bahkan dengan kemampuan berkomunikasi mereka mampu menggali banyak informasi yang mereka butuhkan sesuai dengan bidangnya.
Segala kendala dapat diselesaikan tentunya dengan usaha, ujikom sendiri merupakan proses krusial yang dilalui oleh seluruh siswa SMK dan hendaknya dipersiapkan dengan matang dan menyeluruh sehingga setelahnya siswa SMK siap bersaing di dunia kerja.